twitter


Harganya Rp 25 ribu. Beli di Malioboro, Yogyakarta. Bukan soal harga yang jadi masalah, tapi resleting yang sudah rusak di pekan pertama dipakai (Saya rancu: resletingnya yang emang gampang rusak, atau saya sebagai pemilik baru yang terlalu tak beradab membuka-tutup nya>-<...)

Di-pensiundini-kan?Sayang. Paduan warnanya saya suka. Maka sedikit bersusah-payah, resleting saya ganti. Sekalian, menambah aksen di talinya, yang sebelumnya dibuat asal nempel saja. Begini saya mengerjakannya:


Awalnya, begini tampang dia:




Kemudian, saya membuat empat crochet granny square, sesuai jumlah ujung tali yang akan saya sembunyikan di baliknya.





Contekan motifnya ada di sini:



Bila telah siap, jahitkan ke ujung-ujung tali, yang semula hanya asal tempel itu. Sekalian, kuatkan tali dengan tusuk jelujur dengan cara melingkar, biar kuat:
















Begini hasil akhirnya:



Karena saya sedang "rajin", maka ujung resteling saya permanis dengan bunga imut dari crochet sederhana. Jadi begini penampilan baru tas saya. Kenapa dalam judul blog saya ini saya bilang classy? Karena ada teman sekator saya yang lugu (hik...hik...puas ngatainnya...) dan dengan takjub nyolot tapi salah: "Ini pasti beli di Sar*n*h ya?" xixixixixi....










Bolero apa pashmina? Boleh dua-duanya, Kok bisa? Bisa saja. Wong awalnya mau bikin pashmina, eh...malah kependekan. Jadi sisinya disambung saja, sisakan tengahnya untuk badan. Maka jadilah.

Sttt....jujur nih....awalnya sih karena salah milih benang. Terlalu gendut diameternya, jadi pakai hook yang biasa saya pakai (nomor 3/4) hasilnya jadi kaku.  Untunglah, ada hook nomor 10 yang iseng dibeli di Micky Mocko beberapa waktu lalu.


Bermetamorfosa, sahabatku yang semula berbusana ala "anak pengajian", berubah menjadi modis. Dia tetap mengaji, dan dia tetap pribadi yang sama. Bedanya: dia apik dalam berbusana.

Karena gayanya yang ceria, julukan "centil" muncul kemudian. Seorang bos bahkan memanggilnya dengan panggilang sayang, "Ibu Centil".

Beberapa, menyebutnya "berubah". Bahkan, ada yang antipati padanya, hingga sahabatku ini merasa karakternya telah dibunuh. Nama dia mati sebelum waktunya.(Tapi dia menganggapnya angin lalu. Aku tak tahu apakah malam-malam dia harus sesenggukan -- seperti yang kerap aku lakukan -- atau tidak. Tapi dalam keseharian, dia tetap ceria...centil).

Bagaimana dia di mataku? Aku pernah mengkritiknya. Sengit, Bagiku, lebih baik mengungkapkan langsung, daripada "bergerilya" di belakang.  Lebih fair bagi dia dan aku.

Dia "pejuang" gigih dalam segala hal. Ketika hubungan dengan suaminya menghambar, misalnya, dia gigih memperbaiki semua. Setahuku, kini mereka makin solid. Ketika anaknya bermasalah secara psikologis, dia gigih mencari jalan keluar; mulai dari mencari terapis andal, memperbaiki hubungan, dan seterusnya. Bukan hal yang mudah, apalagi ada fase dia harus skip karena urusan belajar ke negeri orang.

Kepanjangan aku bercerita. Maaf.

Lalu apa hubungannya dengan syal? Aku pernah membeli seutas kalung kayu (tertulis made in Filipina, aku beli di Jeddah -- nah lho?!) dan gelang giok Cina, saat malam terakhir di Mina. Aku niatkan untuknya, untuk melengkapi "kecentilannya".

Gelang giok telah pecah saat kopor kubuka. Aku ceroboh, tak menyimpannya di dalam lipatan baju. Kalungnya, ngumpet entah kemana. Barangkali sudah berpindah tangan, mungkin juga masuk gudang. Entahlah.

Utang itu, menggantung di otak. Maka pekan lalu, aku tawarkan gantinya: syal. Dia menyebut warna: abu-abu.

Aku mengerjakannya tiga hari penuh. Menggonta-ganti model. Akhirnya ketemu juga, dengan merangkai pola dasar yang aku dapat dari buku crafting oleh-oleh Ajeng, teman sekantor, dari Jepang.

Hasilnya, menurutku sih lumayan. Tak tahu menurut dia. Pekan depan, aku kirimkan. Utangpun lunas terbayar. Leganya...





Dear Y,
Y, ini coretan anak-anak. Dibuat dalam hari yang berbeda. Tapi selalu senang melihatnya, dan melihatnya lagi. Kamu baik-baik saja kan? Non-mu ini sedang agak tak enak badan. Tapi tenang...ada tangan sakti mbak Rayem yang bisa menghilangkannya dalam hitungan menit. Dikerok n pijit dikit, pasti hilang.


Kau sedang apa di sana? Menyusuri jalan-jalan LA yang rapi dan teratur itu (Sama enggak dengan yang kita intip di Google Map)?Atau merancang cara "curi waktu" biar bisa ikut LA Gang Tour?  :D


Aku bagi gambarnya di sini ya. Semoga kau ikut tertawa bersamaku

P.S: tadi sama kakak melihat bulan sepotong di halaman belakang. Dia bertanya: apakah ayah semalam melihat bulan yang sama?