foto: cover buku Ibu Mimin
Di surgakah? Oh bukan! Aku sedang berada di Dekranas Fair di Gedung Perdagangan di MT Haryono, Jakarta . Yup! Pameran aneka craft membuat aku seperti berada di puncak ekstase.
Di stand quilt dan patchwork, aku menonton demo quilting bedcover. Rumit juga ternyata. Untuk membuat satu bedcover, paling tidak butuh waktu satu bulan. Dapat dipahami bila harganya Rp 2,5 juta untuk ukuran king. Lha wong membuatnya sampai berdarah-darah gitu.
Selain stand quilting, yang membuat aku nyaman adalah stand sulam pita dan aneka kerajinan kain tentu saja. Sedang stand batik, ya gitu deh…seragam jaya. Semuanya memajang baju-baju batik yang sekarang sedang in.
Soal harga, jangan ditanya; sama sekali tidak bersahabat denganku. Muahal. Bahkan untuk sepotong baju yang tempo hari aku beli rabat di bawah seratus ribu, di situ dijual Rp 250 ribu.
Tapi ada satu yang membuatku “berbunga-bunga”, yaitu secara tak sengaja bertemu dengan Ibu Endang Rachminingsih, maestro sulam itu. Ibu Endang Rachminingsih yang akrab disapa Mimin Amir lahir di Bogor tahun 1951, bungsu dari dua bersaudara, ibu dari 4 orang putra yang sudah dewasa dan nenek dari 4 orang cucu. Alumni Fakultas Hukum, Universitas lslam Indonesia , Yogyakarta , ini mulai serius menangani dan menekuni sulam setelah suami tercinta menghadap Sang Pencipta pada tahun 2004. Pada awal 2005 mulai mengajar kerajinan tangan untuk anak-anak tuna rungu dan tuna grahita di SLB Meruya Selatan. Pada pertengahan tahun 2005, Endang Rachminigsih mulai memproduksi aneka macam tas wanita dengan hiasan sulaman yang mendapat respons bagus dari masyarakat. Pada tahun 2006, mendapat beberapa penghargaan, antara lain UKM (Usaha Kecil Menengah) berprestasi provinsi DKI Jakarta, Juara I lomba Produk Unggulan Kodya Jakarta Barat, dam Produk Unggulan tingkat provinsi DKI Jakarta.
Dan, Sabtu pekan depan aku akan ke rumah Ibu Mimin untuk belajar sulam pita di atas aneka serat…