twitter



foto diambil dari www.ndorokakung.com

Semalam, sambil menjahit boneka untuk Nayu, anak terkecil kakakku yang akan liburan di Jakarta, aku iseng-iseng ikutan nonton saluran TV pilihan Mbak Een, pekerja rumah tangga yang sudah dua bulan ini menemaniku. Acaranya, semacam kontes dangdut, mirip-mirip ajang pencarian bakal gitu. Nama acaranya aku lupa.

Tapi, bukan itu yang akan aku bahas. Salah satu penyanyi, memilih lagu yang top menurut dia, "Mabuk Janda". Syairnya kira-kira begini, "kalau mabuk judi, aku bisa maafkan. Tapi kalau mabuk janda, mending kita berpisah saja." Dia membawakan sebegitu rupa dan membawa penonton untuk memahami syairnya: bahwa janda, apalagi muda, adalah manusia yang layak kutuk. Bahkan, dampak janda lebih berbahaya ketimbang dampak judi....

Ada yang salah dengan syair itu? Tidak, mungkin tidak. Cuma, kenapa harus janda? Kenapa janda selalu dikonotasikan dengan "genit, ganjen, gatal (maaf...kasar), dan perebut suami orang"? Janda selalu menjadi "komoditas",; untuk digunjingkan, untuk menempelkan stereotip, untuk judul lagu, film.......

Menjadi janda, menurutku, bukan cita-cita. Tak ada orang yang mengidamkan untuk mengakhiri pernikahan dengan gembira dan menjadi janda. Ada seorang teman di kantor, suaminya meninggal tiba-tiba. Serangan jantung. Tujuh belas tahun pernikahan, dengan delapan tahun pertama disibukkan ikhtiar untuk mendapatkan keturunan, sudah pasti dia kehilangan hebat. Dia menjadi janda kini dan, "Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi setelah kepergian mas...Biarlah aku hidup untuk membesarkan amanah yang dititipkan padaku, buah cinta kami."

Mungkin, para penjual "janda" akan bilang: "yah...dia kan memang sudah tua. Yang aku maksud janda muda......"

Well. Namanya Kenes, sebut saja begitu. Ia mengetahui suaminya masih berhubungan dengan mantan pacarnya di bulan kedua pernikahan. Sempat berjanji untuk mengakhiri hubungan, bulan lalu, Kenes yang telah memiliki anak usia 1,5 tahun itu menemukan bukti suaminya masih jalan dengan orang yang sama. Maka ia pun memilih: menjadi janda.

Genitkan Kenes? Tidak. Perebut suami orangkah Kenes? Bukan! Dia justru korban. Tapi Kenes adalah wanita yang tangguh. Ia reporter andal. Dan ia mampu memutuskan dengan cepat.

Satu cita-citanya setelah menjanda: akan membesarkan anak dan membuat LSM Peduli Janda. Serieus! Ia ingin para janda berdaya. Dan menghentikan bulan-bulanan atas nama janda....

0 comments:

Post a Comment

Komentar Teman: