twitter



Photo taken from: http://plasticscolor.com/blog/wp-content/uploads/2013/01/mom-baby.jpg

Mimpi di siang bolong (kenapa juga harus bolong yak?) : teman zaman masih sama sama memegang rubrik internasional dulu,  datang bersama suami dan tiga anaknya. Yang bontot, bayi usia tiga bulanan. Agak kaget juga karena seingat saya (bahkan dalam mimpipun logika masih bekerja), anaknya cuma dua.

Singkat kata, karena dia mau liputan ke Kementerian Luar Negeri, dia menitipkan bayinya yang ampun-ampun rewelnya pada saya. Girang betul, karena serasa punya anak lagi.

Padahal saat itu, dalam mimpi itu, sayanya juga lagi repot betul. Banyak kerjaan, hingga karena butuh ketenangan, saya memboyong laptop ke bawah pohon di kebun orang (enggak usah protes kenapa ke kebun orang ya, namanya juga mimpi). 

Begitu mereka pergi, saya menimang-nimang bayi yang saya lupa bertanya namanya yang rewelnya minta ampun itu. Sekali dua kali ayun, dia masih saja rewel. tapi begitu digendong dan sayanya bersenandung semerdu Barbra Streisand (jangan protes juga, sstt..), matanya mulai liyer-liyer lima watt gitu, lalu tertidur.

Tapi tiba-tiba ingatlah saya masih  meninggalkan laptop di kebun orang: kalau hilang bagaimana? Mau mengambil, tapi kok sayang betul takut sang bayi terbangun. Lalu alam setengah sadar mulai masup. "Biar sajalah ilang, wong cuma dalam mimpi ini," batin saya. Wak...bangun deh jadinya....semua cuma mimpi... :)

Kenapa harus teman yang sekarang sudah resign dan menikmati kehidupannya sebagai ibu rumah tangga yang datang? Aha, barangkali karena tiap kali membaca berita di situs luar negeri, krisis politik  Thailand tengah jadi topik bahasan. Saya dan dia dulu suka membahas tentang rasa 'kasihan' kami pada perdana menteri Thailand saat itu, Abhisit. "Dia datang di waktu dan tempat yang salah," katanya suatu ketika. Saya menimpali dengan enteng, "Coba kalau dia datang pada saat Andy Tennant hendak membuat film Anna and The King, di Hollywood sana. Pasti dia yang akan mengimbangi Jodie Foster berakting, bukan Chow Yun Fat." Ya, dia terlalu ganteng untuk menjadi perdana menteri hik hik.

Sang teman resign pada saat saya berhasil mengeja namanya dengan benar: Abhisit Vejjajiva
. (selama ini, kalau menulis berita kerap salah, dan dia yang membenarkan ejaan namanya).

Tapi wait...kata orang Jawa, mimpi tentang bayi bukan mimpi biasa. Tapi sarat makna. Mau dapat rezeki salah satunya. Jadi mari berhitung: sehari dua hari, tak ada apa-apa.

Namun di hari ketiga, aka hari ini, "apa-apa" itu terjadi. Tiba-tiba, Anak Lanang pulang sekolah setengah berlari, menyerahkan amplop. Isinya, uang tabungan dia selama kelas lima, dan hadiah dari dua kejuaraan yang dimenanginya saat mewakili sekolahnya. "Buat ibu semua," katanya. Wow...tiba-tiba si 'debt collector' uang saku saya tiap pagi ini murah hati betul....

Dia datang hanya beberapa jenak setelah kedatangan pasutri yang selama ini membantu kami merawat rumah imoet kami di Parung, mengantarkan amplop juga. Rupanya, setelah dua pekan ditinggal pengontrak lama, ada pengontrak baru  yang datang. Tak seperti biasanya membayar untuk setengah tahun, kali ini pengontrak baru membayar penuh untuk masa kontrak setahun.

Ini toh, arti mimpi itu? Mungkin iya, mungkin juga yang satu ini: mereka datang dengan menggendong anak bungsunya yang berumur delapan bulan. Ketika saya menyorongkan tangan, Adelia, nama bayi itu, menyambutnya dan saya menimangnya, persis seperti dalam mimpi. Cuma bedanya, suara merdu Barbra Streisand saya enggak keluar. Takut dianya tertidur pulas (whattttt??????).

0 comments:

Post a Comment

Komentar Teman: