twitter


Bermetamorfosa, sahabatku yang semula berbusana ala "anak pengajian", berubah menjadi modis. Dia tetap mengaji, dan dia tetap pribadi yang sama. Bedanya: dia apik dalam berbusana.

Karena gayanya yang ceria, julukan "centil" muncul kemudian. Seorang bos bahkan memanggilnya dengan panggilang sayang, "Ibu Centil".

Beberapa, menyebutnya "berubah". Bahkan, ada yang antipati padanya, hingga sahabatku ini merasa karakternya telah dibunuh. Nama dia mati sebelum waktunya.(Tapi dia menganggapnya angin lalu. Aku tak tahu apakah malam-malam dia harus sesenggukan -- seperti yang kerap aku lakukan -- atau tidak. Tapi dalam keseharian, dia tetap ceria...centil).

Bagaimana dia di mataku? Aku pernah mengkritiknya. Sengit, Bagiku, lebih baik mengungkapkan langsung, daripada "bergerilya" di belakang.  Lebih fair bagi dia dan aku.

Dia "pejuang" gigih dalam segala hal. Ketika hubungan dengan suaminya menghambar, misalnya, dia gigih memperbaiki semua. Setahuku, kini mereka makin solid. Ketika anaknya bermasalah secara psikologis, dia gigih mencari jalan keluar; mulai dari mencari terapis andal, memperbaiki hubungan, dan seterusnya. Bukan hal yang mudah, apalagi ada fase dia harus skip karena urusan belajar ke negeri orang.

Kepanjangan aku bercerita. Maaf.

Lalu apa hubungannya dengan syal? Aku pernah membeli seutas kalung kayu (tertulis made in Filipina, aku beli di Jeddah -- nah lho?!) dan gelang giok Cina, saat malam terakhir di Mina. Aku niatkan untuknya, untuk melengkapi "kecentilannya".

Gelang giok telah pecah saat kopor kubuka. Aku ceroboh, tak menyimpannya di dalam lipatan baju. Kalungnya, ngumpet entah kemana. Barangkali sudah berpindah tangan, mungkin juga masuk gudang. Entahlah.

Utang itu, menggantung di otak. Maka pekan lalu, aku tawarkan gantinya: syal. Dia menyebut warna: abu-abu.

Aku mengerjakannya tiga hari penuh. Menggonta-ganti model. Akhirnya ketemu juga, dengan merangkai pola dasar yang aku dapat dari buku crafting oleh-oleh Ajeng, teman sekantor, dari Jepang.

Hasilnya, menurutku sih lumayan. Tak tahu menurut dia. Pekan depan, aku kirimkan. Utangpun lunas terbayar. Leganya...




0 comments:

Post a Comment

Komentar Teman: