twitter





Perkenalanku dengan dunia jahit-menjahit pertama kali terjadi di umurku yang ke-10. Awalnya, karena gemas melihat ibu yang selalu "sukses" membuat baju-baju kami -- lima anak, satu corak kain, jadilah kami kembar lima tidak beraturan (paling sebel kalau ada yang meledek: tambah satu dapat gelas!)

"Korban" pertamaku adalah sprei yang bolong karena kelamaan terpapar setrika (secara tahun 1980-an, setrika listrik tak ada tombol otomatis pengatur suhu). Dengan sedikit arahan sang suhu -- yang adalah ibuku, ahli pembuat baju kembar lima itu -- jadilah daster pertama buatan tanganku. Bangga rasanya mengenakan sesuatu hasil keringat sendiri (dramatisasi mode on! ).

Tadi pagi, sambil menemani bojo surojo tercintah yang tengah sibuk mengumpulkan bahan untuk menulis kolom di sebuah surat kabar tentang bola, aku keingetan pashmina ungu oleh-oleh teman dari Yogya. Bagus sih, tapi insiden kelunturan mengubah segala keindahannya.

Maka, aku mengulang kejadian berpuluh tahu lalu. Membuat daster dengan cara yang sama. Lumayan. Paling tidak, si kakak, sulungku yang beranjak remaja,  sangat bangga mengenakannya!

Ini cara paling sederhana untuk membuat baju, dijamin 30 menit siap.


Pertama-tama:

1. Lipat pasmina jadi dua, lubangi bagian tengahnya. Lebarnya dikira-kira sendiri saja, asal pas buat kepala. Kalau besar kepala, maka besar pula lubangnya :)




Rapikan bagian lehernya, dengan dikelim kemudian dijahit atau di-soom tangan.





















2. Jahit kedua sisinya. Sisakan bagian atas untuk tangan, kira-kira 30 cm (15 cm depan 15 cm belakang).

















 3. Siap grakkkk! Kalau kepanjangan tinggal dipotong bawahnya. Atau biarkan saja, jadi aksen. Gak perlu jahit bawah pula.



2 comments:

  1. Bagus dan lucu mb. tks sudah menginspirasiku

  1. hehehe... kreatif mbak, irit lagi ^^

Post a Comment

Komentar Teman: